Detail Berita

Karanggedong, (12/8)  Arvel Abyan Liwan, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia dari Universitas Diponegoro, telah meluncurkan program kerja yang bertajuk “Asal-Usul Klimbungan: Mengungkap Kisah di Balik Nama Desa Karanggedong.” Program ini merupakan bagian dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertujuan untuk melestarikan cerita rakyat lokal dan meningkatkan minat baca di kalangan pelajar SDN Karanggedong, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.

 

Desa Karanggedong, yang terletak di Kecamatan Ngadirejo, terkenal di kalangan masyarakat luar dengan nama "Klimbungan." Meskipun nama ini lebih dikenal di luar desa, cerita rakyat yang berkaitan dengan nama tersebut kurang dikenal oleh masyarakat setempat, terutama di kalangan pelajar. Arvel Abyan Liwan terinspirasi untuk mengangkat cerita rakyat ini setelah mendengar informasi dari Kepala Desa Karanggedong, Bapak Wahyu. Beliau mengungkapkan bahwa ada berbagai versi cerita yang menarik mengenai asal-usul nama "Klimbungan" yang perlu dipelajari dan diperkenalkan kepada masyarakat.

 

“masyarakat luar desa sebenarnya lebih mengenal daerah desa karanggedong ini dengan sebutan klimbungan. Jadi kalau biasanya naik angkutan umum ya bilangnya mau ke klimbungan jarang orang yang bilang karanggedong. Nah, sebenarnya ada beberapa versi cerita yang menarik untuk dicari tahu kenapa daerah desa kita ini disebut klimbungan.” ujar Bapak Wahyu selaku Kepala Desa Karanggedong

 

Sebagai langkah awal, Arvel melakukan pengkajian ulang terhadap karya tulis yang telah ada mengenai cerita Wali Limbung untuk memastikan kebenaran dan keakuratan cerita rakyat yang akan diangkat. Hasil dari penelitian ini dituangkan dalam sebuah buku berjudul "Petualangan di Desa Karanggedong: Kisah Wali Limbung dan Nama Klimbungan."

 

Buku ini bertujuan untuk mengedukasi dan memperkenalkan pelajar SDN Karanggedong pada asal-usul nama desa mereka serta memperkaya wawasan mereka mengenai cerita rakyat lokal. Selain itu, buku ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca anak-anak, yang menurut penilaian awal, masih tergolong rendah.

 

Setelah buku selesai ditulis, Arvel menyerahkannya kepada guru-guru di SDN Karanggedong. Buku ini akan digunakan sebagai bahan bacaan di kelas dengan harapan anak-anak tidak hanya belajar tentang cerita rakyat tetapi juga menjadi lebih termotivasi untuk membaca. Pendekatan ini bertujuan untuk menjembatani kekurangan minat baca di kalangan pelajar dan memperkenalkan mereka pada kekayaan sastra yang ada di sekitar mereka.

 

Dengan adanya buku ini, diharapkan anak-anak di SDN Karanggedong akan lebih mengenal dan memahami asal-usul sebutan nama desa mereka serta mengembangkan kecintaan mereka terhadap membaca. Program ini juga bertujuan untuk menjadi contoh bagi inisiatif serupa di daerah lain, dengan fokus pada pelestarian budaya lokal dan peningkatan pendidikan anak-anak.